Bintuni, Mediaprorakyat.com – Warga Distrik Tomu, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, masih menghadapi keterbatasan pasokan listrik yang hanya menyala selama 12 jam dalam sehari. Kondisi ini membatasi aktivitas masyarakat, khususnya pada malam hari, dan menjadi perhatian serius bagi warga setempat.
Kepala Distrik Tomu, Syamsul Inai, menyampaikan langsung kondisi ini kepada awak media. Menurutnya, distrik yang terdiri dari tujuh kampung , tiga kampung induk dan empat kampung pemekaran , sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah maupun pihak swasta untuk menghadirkan penerangan penuh selama 24 jam.
“Warga sangat merindukan penerangan penuh 24 jam. Saat ini listrik hanya menyala separuh hari, dan itu berdampak besar pada aktivitas masyarakat, terutama pelajar yang harus belajar di malam hari serta pelayanan publik di kampung,” ujar Syam Inai, Kamis (22/5/2025) saat berbincang-bincang di salah satu warung di SP 4 , Kampung Banjar Ausoy, Distrik Manimeri.
Distrik Tomu termasuk dalam wilayah yang terdampak langsung oleh aktivitas industri besar, yakni Perusahaan LNG Tangguh, bersama distrik lainnya seperti Babo, Sumuri, Weriagar, dan Taroi. Namun, ironisnya, meskipun berada dekat dengan wilayah operasional perusahaan energi raksasa tersebut, masyarakat Distrik Tomu belum sepenuhnya merasakan pemenuhan kebutuhan dasar seperti listrik.
“Kami berharap ada kontribusi nyata dan berkelanjutan dari pihak perusahaan, baik melalui program CSR maupun kerja sama dengan pemerintah daerah, agar pembangunan infrastruktur energi bisa benar-benar dirasakan masyarakat terdampak,” tegasnya.
Syam menambahkan bahwa ketersediaan listrik bukan hanya soal kenyamanan, tetapi berpengaruh langsung terhadap sektor pendidikan, kesehatan, hingga pengembangan ekonomi lokal. Ia berharap semua pemangku kepentingan dapat segera merealisasikan penerangan penuh di Distrik Tomu.
Lebih lanjut, Syam yang merupakan putra asli dari Kabupaten Teluk Bintuni (Tujuh Suku) ini menjelaskan bahwa persoalan penerangan telah diusulkan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tahun 2026 di Tingkat Kabupaten Teluk Bintuni, bersama dengan program pembangunan lainnya. Ia juga membeberkan bahwa akibat minimnya pasokan listrik, banyak warga harus mengandalkan genset pribadi.
“Setiap kepala keluarga bisa menghabiskan minimal Rp50.000 per hari hanya untuk membeli bahan bakar genset. Saya perkirakan ada sekitar 500 KK yang menggunakan genset. Jika kita kalkulasikan, dana yang dikeluarkan masyarakat setiap hari, minggu, bulan , dan tahun mencapai angka miliaran rupiah,” jelasnya.
Syam berharap realisasi penerangan 24 jam tidak lagi sekadar wacana, tetapi menjadi prioritas bersama untuk menghadirkan keadilan energi bagi seluruh masyarakat Distrik Tomu. [HS]