Bintuni, Mediaprorakyat.com – Yayasan Pelita Kasih Papua resmi meluncurkan Rumah Belajar Pelita Kasih Papua, sebuah wadah pendidikan non-formal yang menawarkan pembelajaran gratis bagi anak-anak Papua. Acara peresmian berlangsung pada Sabtu (15/02/2025) di Kampung Awaba, Distrik Bintuni Timur, dan dihadiri oleh berbagai pejabat daerah serta tokoh pendidikan.
Turut hadir dalam peresmian ini Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Teluk Bintuni, Henny Kapuangan; Wakil Ketua DPRD Papua Barat, Samsudin Seknun; serta Ketua Yayasan Pelita Kasih Papua, Jeferson Jemi Liunsanda.
Akses Pendidikan Gratis bagi Anak Papua
Rumah Belajar Pelita Kasih Papua hadir untuk membantu anak-anak Papua yang mengalami keterbatasan akses pendidikan tambahan, terutama karena faktor ekonomi. Direktur Rumah Belajar, Delia Kuway, menegaskan bahwa program ini sepenuhnya gratis.
“Kami menyadari banyak anak Papua yang belum memiliki akses pendidikan tambahan karena keterbatasan ekonomi. Oleh karena itu, program ini sepenuhnya gratis, tanpa biaya bagi orang tua, kecuali untuk mendukung anak-anak datang dan belajar sesuai jadwal,” ujarnya.
Rumah Belajar ini menyediakan les privat Bahasa Inggris, Matematika, serta bimbingan membaca, menulis, dan berhitung dengan tenaga pengajar profesional. Angkatan pertama telah menerima lebih dari 90 siswa, mayoritas anak-anak asli Papua. Program ini berlangsung selama 6 hingga 10 bulan sebelum siswa dapat melanjutkan ke tingkat berikutnya.
Komitmen Jangka Panjang: Pendidikan Kesetaraan dan Pelatihan Keahlian
Selain program yang sedang berjalan, Yayasan Pelita Kasih Papua berencana mengembangkan kursus bahasa asing lainnya, seperti Bahasa Mandarin, Jerman, dan Prancis. Tidak hanya itu, akan ada program pendidikan kesetaraan (Paket A, B, dan C) serta berbagai pelatihan keterampilan, termasuk kursus menjahit, kerajinan tangan, komputer, dan keahlian lainnya.
Wakil Ketua DPR Papua Barat, Samsudin Seknun, menekankan pentingnya pendidikan sebagai investasi terbaik bagi anak-anak Papua.
“Kita jangan hanya membangun infrastruktur, tetapi juga harus membangun karakter dan masa depan anak-anak Papua,” ujarnya. Ia juga mengajak para orang tua untuk lebih peduli terhadap pendidikan anak-anak mereka, terutama dalam mengurangi ketergantungan terhadap gadget.
“Jangan hanya mewariskan tanah atau hutan. Wariskanlah ilmu pengetahuan, karena itu adalah investasi yang tidak akan pernah habis,” tegasnya.
Tantangan dan Harapan Pendidikan di Teluk Bintuni
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Teluk Bintuni,Henry Donald Kapuangan, S.Pd., MM,menyoroti tantangan besar dalam dunia pendidikan di wilayah tersebut.
“Saya ingin melihat dalam 6 hingga 10 tahun ke depan ada anak-anak Papua yang menjadi pilot, dokter spesialis, atau ahli di bidangnya. Tetapi, saat ini pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja,” ungkapnya.
Ia menyoroti keterbatasan fasilitas pendidikan di daerah pedalaman dan pesisir, di mana beberapa sekolah negeri hanya memiliki satu guru honorer untuk enam kelas. Bahkan, ada sekolah yang hanya memiliki dua ruang kelas untuk enam rombongan belajar, tanpa fasilitas MCK.
Sebagai langkah awal, ia berkomitmen mendistribusikan guru secara lebih merata di seluruh wilayah Teluk Bintuni.
“Di perkotaan, ada sekolah SD dengan hampir 40 guru yang menganggur. Sementara di pedalaman, satu sekolah hanya memiliki satu guru honorer. Ini harus segera diperbaiki,” katanya.
Harapan ke Depan
Dengan hadirnya Rumah Belajar Pelita Kasih Papua, diharapkan semakin banyak anak-anak Papua yang mendapatkan akses pendidikan tambahan berkualitas tanpa terkendala biaya.
Kepala Dinas Pendidikan mengajak yayasan ini untuk segera mendaftarkan diri ke Kesbangpol agar mendapatkan dukungan pemerintah.
“Saya yakin program ini strategis dan penting. Jika diperlukan, saya sendiri yang akan menghubungi Kesbangpol untuk mendukung Rumah Belajar ini,” ujarnya.
Pada akhirnya, semua pihak diharapkan dapat bekerja sama—baik pemerintah, yayasan, masyarakat, maupun orang tua—agar pendidikan di Teluk Bintuni semakin maju.
“Masa depan anak-anak Papua ada di tangan kita semua. Mari jadikan pendidikan sebagai warisan terbaik bagi generasi mendatang,” tutup Delia Kuway.
[Tim/HS]