Manokwari, Mediaprorakyat.com – Kehadiran ojek online Maxim di Manokwari menimbulkan keresahan di kalangan ojek konvensional dan pengelola taksi bandara. Dalam pertemuan yang diadakan oleh Dinas Perhubungan, Kelautan, dan Perikanan (PKP) Manokwari, para pengurus ojek online, ojek konvensional, dan Asosiasi Angkutan Darat Bandara Manokwari membahas dampak ekonomi dari operasional Maxim baru-baru ini.
Ronald Sabami, Kepala Bidang Angkutan Jalan Dinas PKP Manokwari, menyatakan bahwa pertemuan ini bertujuan mencari solusi agar kehadiran Maxim tidak memicu konflik di lapangan. “Ojek konvensional merasa dirugikan karena Maxim menawarkan tarif lebih murah, sehingga pendapatan mereka terganggu,” ujar Sabami.
Sabami mengungkapkan bahwa baik ojek konvensional maupun ojek online di Manokwari belum memiliki izin operasi resmi dan belum diatur dalam regulasi daerah. Meski demikian, ojek online tetap diizinkan beroperasi di jalur tertentu dan harus berkoordinasi dengan ojek konvensional.
Polemik ini akan dibawa ke DPRK Manokwari untuk dibahas lebih lanjut guna merumuskan regulasi yang bisa mengatur keberadaan ojek konvensional dan online. “Regulasi ini penting agar kedua jenis transportasi bisa berjalan berdampingan tanpa merugikan pihak mana pun,” tambah Sabami.
Raymond, perwakilan Asosiasi Taksi Bandara Rendani, mengingatkan agar Maxim menghormati area operasional yang telah diatur pihak pengelola bandara. Ia berharap pemerintah daerah mengambil langkah bijak untuk menghindari bentrokan antara pengemudi ojek online dan konvensional.
Ketua ojek konvensional Bintang Nusantara (BINUS) menegaskan bahwa pertemuan ini bukan jaminan Maxim bisa beroperasi sepenuhnya di Manokwari. Mereka menuntut adanya payung hukum yang jelas bagi ojek konvensional sebelum membicarakan operasional ojek online. “Tarif murah yang ditetapkan Maxim tidak sesuai dengan kondisi Papua dan merusak pendapatan kami,” ungkapnya.
Para pengemudi ojek konvensional dari berbagai paguyuban seperti Parda, Binus, dan Kompas sepakat menolak keberadaan Maxim hingga ada keputusan hukum yang jelas dari pemerintah daerah. Salah seorang pengemudi ojek pangkalan di Wosi mengeluhkan bahwa kehadiran Maxim telah mengurangi penghasilannya karena pelanggan lebih memilih layanan yang lebih murah.
Menanggapi keluhan ini, Yudhi, perwakilan Maxim Manokwari, menyampaikan bahwa kehadiran Maxim bukan untuk mengurangi pendapatan ojek konvensional, melainkan untuk melengkapi layanan yang sudah ada. Yudhi juga memohon maaf kepada para paguyuban ojek konvensional dan pengelola taksi bandara.
“Kami bukan tidak mau berkoordinasi untuk bertukar pikiran dengan para ketua ojek, namun kami sudah berusaha datang dan mencari keberadaan sekretariat yang ada,” ungkap Yudhi. “Ada yang ketemu dan ada yang tidak. Beruntung ada pertemuan ini sehingga kita bisa saling kenal. Untuk selanjutnya kami akan berkoordinasi dengan ojek konvensional yang hadir saat ini.”
“Kami mohon maaf kepada paguyuban ojek konvensional dan taksi bandara jika kehadiran kami dianggap mengganggu. Kami akan berkoordinasi dengan ojek konvensional agar bisa bekerja sama dengan baik,” tutupnya.
Polemik ini mencerminkan benturan kepentingan antara ojek konvensional dan online yang perlu segera diatasi oleh pemerintah daerah agar tidak berkembang menjadi konflik yang lebih besar di kemudian hari. [MS]