
Wamena | Mediaprorakyat.com – SD Negeri Wowarek yang terletak di Desa Eragama, Distrik Kurulu, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan fasilitas tak menghalangi semangat untuk mencerdaskan anak bangsa.
Didirikan atas swadaya masyarakat sejak tahun 2015, sekolah ini hingga kini belum sepenuhnya mendapatkan dukungan fasilitas dan tenaga pendidik dari pemerintah. Bermula dari dana desa serta inisiatif Kepala Kampung dan masyarakat setempat, SD Negeri Wowarek bahkan sempat tidak memiliki guru selama satu tahun.
Baru pada tahun 2016 proses belajar-mengajar dimulai secara bertahap dari kelas satu. Hingga akhirnya, pada tahun 2021, sekolah ini berhasil meluluskan angkatan pertamanya yang mengikuti Ujian Nasional. Kini, anak-anak dari angkatan pertama tersebut telah duduk di bangku kelas dua SMA pada tahun 2025.
Kepala Sekolah Yohanes Lengka, A.Md.Par, yang menjabat sejak tahun 2024, mengungkapkan bahwa kegiatan belajar masih berlangsung dalam keterbatasan, terutama terkait jumlah tenaga pengajar.
“Saya satu-satunya guru PNS. Sisanya adalah guru honorer, P3K, dan guru dari komite. Total ada sembilan guru yang mengajar di sini. Kami sangat kekurangan guru tetap,” jelas Yohanes. Senin (23/6/2025) kepada wartawan.
Sebelum Yohanes, sekolah ini dipimpin oleh almarhum Natalis Nasur Itlay yang mengabdi sejak 2021 hingga wafat pada 22 Desember 2023. Guru pertama yang mengajar di SD Negeri Wowarek adalah Martinus Surabut, seorang hamba Tuhan yang secara sukarela melayani jemaat pada hari Minggu dan mengajar anak-anak dari Senin hingga Sabtu.
Meski akses ke sekolah sangat sulit, kondisi infrastruktur minim—tanpa listrik, tanpa rumah guru, dan hanya memiliki tiga ruang belajar—SD Negeri Wowarek berhasil mencatatkan berbagai prestasi membanggakan. Para siswa aktif mengikuti perlombaan dari tingkat daerah hingga nasional.
Salah satu pencapaian tertinggi diraih oleh Era Wantik, yang berhasil meraih juara pertama dalam lomba “7 Kebiasaan Anak Indonesia Sehat”, sebagai bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka. Prestasi ini mengantarkan Era Wantik bertemu langsung dengan Menteri Pendidikan dan membawa harum nama sekolah, kabupaten, hingga provinsi.
“Kami sangat mengapresiasi guru-guru yang telah mendidik dengan semangat tinggi meski dalam keterbatasan. Semua ini berkat ketulusan dan semangat membangun masa depan anak-anak di pedalaman,” tambah Yohanes.
Namun, di balik deretan prestasi tersebut, tantangan berat masih terus mengintai. Setiap kali banjir melanda, kegiatan belajar terganggu dan bahkan harus dipindahkan ke rumah-rumah warga. Ketiadaan rumah dinas guru juga menjadi kendala serius karena para pengajar tidak bisa tinggal secara permanen di lokasi.
Kepala Sekolah bersama masyarakat berharap Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Jayawijaya segera turun tangan melihat langsung kondisi SD Negeri Wowarek. Fasilitas seperti bangunan sekolah yang layak, akses jalan, listrik, dan rumah dinas guru menjadi kebutuhan mendesak demi kelangsungan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak di pedalaman Papua.
[red/js]