Manokwari | Mediaprorakyat.com – Asrama Mahasiswa Jayawijaya, Kota Studi Manokwari, kembali menggeliatkan atmosfer intelektual dengan menggelar diskusi reflektif bertajuk “Habitus, Kapital, dan Arena.”
Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis (19/6/2025) di Auditorium Asrama Jayawijaya, Kelurahan Amban, Manokwari, Papua Barat, dan diinformasikan kepada media melalui pesan WhatsApp.
Diskusi menghadirkan pemateri utama Dr. Norbertus Maceka, MD, seorang praktisi yang dikenal aktif mendorong kesadaran kritis generasi muda Papua. Kegiatan ini diikuti puluhan mahasiswa Jayawijaya yang antusias mendalami konsep-konsep sosiologis yang relevan dengan dinamika kehidupan mereka, baik di lingkungan asrama maupun dalam pergaulan sosial yang lebih luas.
Ketua Asrama Mahasiswa Jayawijaya periode 2024–2025, Irianto Huby, dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada Dr. Norbertus.
“Diskusi ini sangat berarti bagi kami mahasiswa Jayawijaya. Materi tentang habitus, kapital, dan arena memberi kami bekal untuk membentuk karakter, mengasah kepribadian, serta membangun relasi sosial yang sehat, baik di dalam maupun di luar asrama,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Dr. Norbertus Maceka menjelaskan bahwa tema diskusi merujuk pada teori sosiolog Prancis, Pierre Bourdieu. Ia menyebut bahwa habitus merupakan kecenderungan atau kebiasaan yang terbentuk melalui pengalaman dan praktik hidup sehari-hari.
“Habitus adalah modal internal yang harus terus dilatih, seperti membaca buku, agar menjadi bagian dari diri kita dan bisa digunakan sebagai kekuatan dalam menghadapi arena kehidupan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya mahasiswa memahami serta memanfaatkan kapital atau modal yang dimiliki—baik berupa pengetahuan, jaringan sosial, maupun keterampilan teknis—untuk berperan aktif dalam berbagai arena, mulai dari akademik, sosial, hingga politik.
“Mahasiswa harus sadar di mana posisinya dan bagaimana menggunakan modal secara tepat sesuai dengan tupoksi dan tanggung jawabnya sebagai intelektual muda. Saat ini kita menghadapi berbagai isu di Papua, dan kita perlu menjawabnya dengan pendekatan yang reflektif dan solutif,” tegas Dr. Norbertus.
Diskusi ditutup dengan sesi tanya jawab yang membangun, di mana para peserta berbagi pandangan dan pengalaman. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam membangun budaya intelektual di lingkungan Asrama Jayawijaya sekaligus memperkuat kesadaran mahasiswa akan peran strategis mereka dalam menjawab tantangan sosial di Papua.
[red/js]