Manokwari, Mediaprorakyat.com – Program Sister School Partnership yang digagas oleh LNG BP Tangguh terus berjalan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah operasionalnya.

Program ini melibatkan Universitas Papua (UNIPA) sebagai mitra, dengan fokus pada pengembangan sekolah binaan seperti SMP YPPK Santa Monika Bintuni dan SMP YPK Tanah Merah Baru.
Meski program ini telah berjalan, Kepala SMPN 2 Manokwari, Margriet Marjam Andriani Pondajar, mengungkapkan bahwa dampaknya terhadap proses pembelajaran masih belum signifikan. Salah satu kendala utama adalah metode penyampaian pembelajaran yang kurang optimal.
Namun, ada hal positif yang dapat dipetik, seperti keterampilan para guru di Bintuni dalam mengolah produk kreatif, misalnya lilin aromaterapi. “Ketika kami diajak bekerja sama dengan UNIPA, kami mendapat kesempatan untuk mengunjungi dua sekolah di Bintuni selama tiga hari, dari 9 hingga 11 Februari 2025. Kemudian, pada 14 Februari, pihak sekolah di Bintuni datang ke SMPN 2 Manokwari untuk melihat langsung metode pembelajaran kami,” ujar Margriet, Rabu (19/2).
Berbagi Pengalaman dan Strategi Pendidikan
Dalam kunjungan ke Bintuni, SMPN 2 Manokwari tidak hanya membawa dua program pembelajaran seperti yang diminta, tetapi juga melibatkan seluruh tenaga pendidik yang berkompeten. Para guru berbagi pengalaman terkait penerapan kurikulum, program ekstrakurikuler, serta strategi dalam memajukan sekolah.
Margriet menambahkan bahwa sekolah-sekolah di Bintuni masih memerlukan banyak pembenahan. Oleh karena itu, ia menyarankan agar mereka mengembangkan potensi alam setempat melalui kegiatan ekstrakurikuler yang relevan. “Tidak harus menerapkan semua program kami, cukup ambil yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di Bintuni,” katanya.
Menuju Perjanjian Kerja Sama dengan LNG BP Tangguh
Kunjungan ini mendapat respons positif, bahkan pihak LNG BP Tangguh yang turut memantau kegiatan tersebut menyatakan rencana untuk menjalin Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan SMPN 2 Manokwari.
“Kami berharap kerja sama ini segera terealisasi, mengingat pendidikan di Bintuni sangat membutuhkan perhatian lebih,” pungkas Margriet.
[Ars]