Merdey, Mediaprorakyat.com – Festival Hutan Adat pertama di Tanah Papua berlangsung dari 19 hingga 21 Oktober 2024, menciptakan suasana meriah dan bersejarah. Mengangkat tema “Jaga Adat, Jaga Budaya, Jaga Hutan untuk Kebahagiaan Bersama,” festival ini dibuka oleh Plt. Sekretaris Daerah Kabupaten Teluk Bintuni, Drs. Frans N. Awak, yang memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif ini.
Dalam sambutannya, Plt. Sekda Teluk Bintuni menekankan pentingnya pengakuan wilayah adat, terutama bagi empat marga di Suku Moskona: Marga Ogoney, Yen, Yec, dan Masakoda. Acara ini dihadiri lebih dari 300 peserta, termasuk pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), perwakilan Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian ATR/BPN, akademisi dari Universitas Papua, serta tokoh masyarakat adat.
Festival ini juga merayakan dua tahun penerbitan Surat Keputusan (SK) Penetapan Hutan Adat Marga Ogoney, yang mencakup area seluas 16.220 hektar dan menjadi pionir dalam pengakuan hutan adat di Tanah Papua. Antusiasme peserta terlihat melalui berbagai kegiatan, termasuk tarian tradisional yang menyambut kedatangan rombongan.
Rumah adat Suku Moskona, “Mod ask,” dibangun melalui kerja sama masyarakat dan menampilkan kembali nilai-nilai budaya Suku Moskona. Tarian dan nyanyian dalam Bahasa Moskona menggema sebagai ungkapan syukur atas perlindungan legal yang diberikan terhadap hutan adat.
Ketua Panitia Festival, Peter Masakoda, menyatakan, “Kegiatan ini kami lakukan untuk melindungi hutan adat tersisa di Suku Moskona dan untuk terus mendorong pentingnya keberadaan hutan adat di Tanah Papua.” Menurutnya, pemetaan wilayah adat di empat marga telah selesai, dan panitia berkomitmen untuk menyelesaikan peta wilayah adat di seluruh 47 marga yang ada di Suku Moskona.
Festival ini juga mencakup lokakarya dan diskusi dengan berbagai narasumber, membahas topik-topik penting seperti pendaftaran tanah ulayat, penguatan nilai budaya, dan pengelolaan ecowisata. Narasumber kunci termasuk perwakilan dari Dinas Kehutanan, ATR/BPN, Universitas Papua, serta tokoh masyarakat setempat.
Peter menambahkan, festival ini diharapkan dapat memperkuat kesadaran dan perlindungan hutan adat serta mempererat kerjasama antara masyarakat adat dan pemerintah dalam menjaga lingkungan dan budaya lokal.
Sementara itu, Kepala Distrik Merdey, Yustina Ogoney, menyampaikan harapannya agar masyarakat adat yang telah mendapatkan pengakuan negara dapat mendapat perhatian dan dukungan dalam pengelolaan potensi hutan adat, seperti pengembangan ecowisata gunung dan sungai.
Perempuan asli Suku Moskona ini juga mengharapkan pemerintah daerah membantu masyarakat dalam melakukan pemetaan partisipatif sesuai kebutuhan mereka. [HS]