Inovasi Edat Malaria Teluk Bintuni Menjadi contoh Indonesia secara khusus tanah Papua
Foto bersama saat kegiatan ( dokumen : Narasumber)
Bintuni, Mediaprorakyat.com – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni, Frangky D. Mobilala,SKM.M.kes menjadi narasumber dalam kegiatan pendampingan pelaksanaan forum konsultasi publik yang diadakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) RI di Jayapura.
Undangan ini disampaikan melalui surat Kemenpan-RB No. B/87/PP.01/2024 pada 9 Juli 2024.
Kepala Dinas Kesehatan Teluk Bintuni (kiri)
Mobilala diundang untuk memberikan materi, saran, dan masukan seputar inovasi pelayanan publik khususnya di bidang kesehatan.
“Kehadiran saya di Jayapura adalah atas undangan Kementerian Pan RB terkait inovasi pelayanan publik yang dilaksanakan di Jayapura oleh seluruh SKPD di provinsi Papua. Saya diundang sebagai narasumber untuk memotivasi teman-teman di Papua dalam rangka inovasi pelayanan publik, karena kami telah menjuarai inovasi pelayanan publik tingkat dunia,” jelas Mobilala saat ditemui di kediamannya, saat ditemui wartawan media ini, Kamis sore (18/7/2024)
Kabupaten Teluk Bintuni pernah meraih penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk inovasi pelayanan publik di tahun 2018 di tingkat Asia Pasifik.
“Indonesia menjadi negara terbaik di antara 700 negara lainnya untuk planet inovasi, dan salah satu inovasi dari Teluk Bintuni adalah Edat Malaria,” jelas Mobilala.
Inovasi pelayanan publik dari Teluk Bintuni selalu menjadi rujukan Kementerian Pan RB karena kemudahannya untuk diadopsi oleh kabupaten/kota lain di Indonesia.
Kegiatan di Jayapura berlangsung dari tanggal 15 hingga 17 Juli 2024. “Kami tanggal 15 Juli berangkat ke Jayapura, tanggal 16 presentasi, dan tanggal 17 kembali lagi ke Bintuni,” ungkap Mobilala.
Mobilala juga menyoroti keberhasilan program Edat Malaria di Teluk Bintuni. “Tahun 2009 kasus malaria di Teluk Bintuni mencapai 115 per 1000 penduduk. Namun, sejak 2009 hingga 2016, angka ini menurun menjadi 29. Saat ini, hanya ada 139 kasus positif malaria di Teluk Bintuni, dan kebanyakan kasus tersebut adalah impor dari daerah tetangga.”
Meskipun demikian, Mobilala mengakui bahwa penularan malaria belum sepenuhnya bisa dihentikan. “Kami targetkan Teluk Bintuni bebas malaria pada tahun 2026, lebih cepat dari target Indonesia bebas malaria pada tahun 2030.”
Mobilala menghimbau masyarakat yang bepergian keluar kota untuk memeriksakan diri setibanya kembali di Teluk Bintuni guna mencegah penularan baru.
Ia juga menekankan pentingnya penggunaan kelambu di distrik yang masih zona merah untuk mencegah gigitan nyamuk Anopheles yang aktif pada malam hari.
Dengan dedikasi dan inovasi seperti yang dilakukan oleh Frangky D. Mobilala dan timnya, Teluk Bintuni terus berupaya menjadi teladan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. [Mir]