BINTUNI, Mediaprorakyat.com – Pada tanggal 25 November 2022, merupakan puncak peringatan HUT PGRI dan Hari Guru Nasional ke 77. Usia yang tentunya tidak muda lagi bagi sebuah institusi yang menghimpun guru sebagai anggotanya. Rangkaian masa yang panjang, semasa dan seusia Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Negara kita Indonesia.
Sebagai salah satu anggota PGRI kabupaten Teluk Bintuni, saya tentu tak punya kapasitas untuk menanyakan apa sumbangsih dan peran besar yang sudah dilakukan organisasi ini bagi Guru dan Pemerintah Daerah. Tetapi pada beberapa kesempatan, saya sudah merasakan. Seperti bagaimana teman-teman di organisasi profesi ini, berjuang menyuarakan Hak guru kontrak dan kejelasan kelanjutan status mereka.
” Saya juga merasakan bagaimana teman-teman berkumpul menyuarakan aspirasi demi kemajuan Pendidikan di Teluk Bintuni ini,”
Langkah-langkah itu sudah direspon dan ditanggapi pemerintah daerah. Kita bersyukur, sebab respon positif itulah yang kita harapkan bersama menjadi jalan keluar terbaik dari persoalan-persoalan yang disuarakan.
Perayaan HUT PGRI dan HGN ke – 77 tingkat Kabuaten Teluk Bintuni Tahun 2022 ini, dipusatkan di SP4 Manimeri, tentunya dengan serangkaian acara yang menyemarakannya.
Jalan santai berhadiah kulkas, dispenser, kipas angin, dan beragam hadiah lainnya, yang dilaksanakan dengan melibatkan seluruh guru dan siswa di kota Bintuni dan sekitarnya, menunjukkan bahwa guru di Kabupaten Teluk Bintuni solid.
Meskipun Sebagian besarnya ada yang bahkan tidak saling kenal, tapi mereka berkomitmen untuk sama-sama berjuang memberikan layanan Pendidikan terbaik bagi peserta didik di sekolah masing-masing. Menjalankan tugas dan kewajiban guru dengan penuh keikhlasan. Menerima segala resiko sebagai bentuk Amanah yang harus diemban sebagai bentuk tanggung jawab profesi kepada bangsa dan negara, kepada masyarakat dan lingkungannya, juga kepada Tuhan nya.
Harapannya sih begitu, tapi yang jadi pertanyaan sekarang, apakah benar sebagai guru di teluk Bintuni, kita sudah memiliki perasaan demikian. Mari kita tanyakan pada diri kita masing-masing, dan menjawabnya dengan jujur untuk merefleksi semua yang sudah kita lakukan dalam memberikan layanan Pendidikan di tempat ini.
Sebagai guru, sebagian kita termasuk saya masih sering meninggalkan tugas dengan alasan izin dinas, izin darurat dan yang lainnya. Meninggalkan kelas saat pembelajaran dengan berbagai alasan. Atau sibuk dengan berselancar di dunia maya saat mengajar di kelas. Padahal jika kita fokus memaksimalkan waktu pembelajaran, kita bisa menuntaskan beberapa anak yang masih kesulitan membaca, menulis, dan berhitung.
Sebagian kita masih sering terlambat masuk kelas sesuai jadwal. Ada sekolah yang baru belajar pukul 09.00 WIT, karena menunggu guru yang belum datang. Ada sekolah yang bahkan guru-gurunya tidak ada di sekolah berbulan-bulan, sehingga pembelajaran vakum. Atau kalaupun ada pembelajaran, berarti menjadi tanggung jawab beberapa guru yang ada disekolah untuk menjalankannya.
Apalagi saat musim liburan datang, kita kadang terlambat kembali ke sekolah dengan dalih transportasi yang sulit. Khusus persoalan ini, mungkin masih bisa ditolelir, sebab Pemerintah daerah sampai saat ini pun belum bisa membuka akses transportasi reguler di beberapa lokasi.
Belum lagi persoalan menjalankan program layanan pembelajaran tidak sebagaimana kalender Pendidikan yang sudah ditetapkan. Ada sekolah yang sekenanya, belajarnya terlambat karena gurunya belum hadir di sekolah, dan tiba-tiba ujian, tiba-tiba libur.
Padahal kalender Pendidikan belum saatnya ujian, apalagi libur. Ini tentu berpengaruh pada capaian hasil belajar siswa kita. Tidak heran kemudian ada anak-anak kita yang tidak lancar menulis dan membacanya, tidak tuntas menghitungnya. Permasalahan seperti ini harus kita akui secara jujur, sehingga tidak saling menyalahkan, atau mencari siapa yang paling benar.
Permasalahan-permasalahan tadi tentu merupakan Sebagian kecil dari masalah-masalah dunia Pendidikan saat ini, jika dilihat dari skala nasional. Dan kesemuanya itu bukan menjadi tanggung jawab mutlak kita sebagai guru atau bahkan PGRI itu sendiri sebagai organisasi profesi. Perlu campur tangan dan kebijakan pemerintah dalam penyelesaiannya.
Kembali ke lingkup pemerintah daerah Teluk Bintuni, sebagai organisasi profesi di tingkat Daerah, PGRI Teluk Bintuni seharusnya tidak hanya mampu mejalankan peran untuk menyuarakan aspirasi guru dan kebutuhan sekolah kepada pemerintah daerah.
Menurut saya perlu juga kemudian menjadi wadah yang bisa mengevaluasi kinerja guru dan sekolah, jika kita menginginkan perubahan dalam Pendidikan. PGRI dan Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Teluk Bintuni, bisa berkolaborasi untuk memulai mendisiplinkan guru dan sekolah dalam menjalankan fungsinya. PGRI harusnya bisa merekomendasikan kepada dinas untuk melakukan pendampingan dan pembinaan kepada sekolah-sekolah yang belum menjalankan pembelajaran sebagaimana mestinya.
Sekali lagi ini menurut saya, bisa saja apa yang saya pikirkan salah dan tidak logic. Tentu teman-teman bertanya, apa yang mendasari saya kemudian mengusulkan hal ini.
Pertama, Pemerintah daerah telah mengamanatkan dana Pendidikan yang sangat besar dengan harapan layanan Pendidikan semakin berkualitas. Tentu ini harus terjawab dengan seberapa baik kualitas lulusan disetiap sekolah, bagaimana karakter dan keterampilan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang lulus dari satuan Pendidikan tersebut.
Kedua, saya melihat seakan-akan sekolah dengan “onotominya” harus bebas menentukan arah dan program sekolah tanpa perlu menjabarkan visi misi pemerintah daerah yang dipercayakan kepada Dinas Pendidikan kebudayaan Pemuda dan olahraga.
Ketiga, sekolah sepertinya harus terbiasa mencari inisaitif dan inovasi sendiri untuk menjadikannya sebagai sekolah yang baik dari masa ke masa.
Saya setuju jika sekolah harus makin baik dari masa ke masa, dengan segala upaya untuk mewujudkannya. Tetapi yang tidak kalah penting adalah pengawasan dari Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga. Jangan seolah-olah yang penting Dana Pendidikan sudah digelontorkan, selanjutnya silahkan mengkreasikan dan menjalankan peran dalam pelayanan pembelajaran.
Secara pribadi saya tidak sedang merasa lebih baik dari teman-teman guru yang ada di kabupaten Teluk Bintuni ini. Saya hanya berusaha menyuarakan kegelisahan saya tentang apa yang saya rasakan sebagai guru pada momen Bahagia Hari Guru Nasional Tahun ini. Sudahkah kita menjadi guru yang sesuai harapan undang-undang. Yang menjalankan peran dan fungsinya tidak hanya sekadar mengggugurkan kewajiban, tapi juga membangun keterikatan antara guru dan siswa.
Manusiawi rasanya sebagai guru jika melihat kondisi yang terjadi sekarang, kemudian berkeluh kesah. Saya pernah ngobrol dengan seorang teman guru, dia katakan capek dan frustasi, karena kerja kerasnya tidak mendapatkan perhatian dari dinas. Bahkan sekolah-sekolah disekitarnya menjadi sebab hilangnya semangatnya dalam bekerja.
Saya katakan iya juga ya, yang sungguh sungguh bekerja dan yang sekadarnya toh sama saja dalam pandangan dinas. Tapi kemudian saya coba kuatkan semangatnya untuk tidak berpikir demikian. Untuk segera meniatkan ibadah semua kerja kerasnya. Sehingga tidak berharap pengakuan dari sesama manusia. Cukuplah Tuhan yang akan mencatatnya dan memberikan balasan terbaik kelak.
Akhirnya saya ingin menyampaikan kepada semua rekan guru ucapan Selamat HUT PGRI dan Hari Guru Nasional Tahun 2022. Semoga momen ini menjadi penyemangat diri untuk terus berkarya dan mengabdi dengan ikhlas. semoga dengan ikhlasnya kita sebagai guru menjadikan anak didik kita adalah anak-anak yang berkarakter dan berkepribadian menarik dimasa depan. Tidak ada lagi persoalan tidak bisa membaca, menulis dan berhitung.
Semoga teman-teman senantiasa sehat dan terhindar dari segala bahaya. Dirindui oleh siswa saat tidak ada. Dikenang sepanjang hidup oleh siswa setelah lulusnya. Dan dijemput pulang oleh Tuhan dalam sebaik-baik keadaan, (Husnul Khotimah). Aamiin.
Disadur oleh Haiser Situmorang