Manokwari | Mediaproarakyat.com –Maria Kebar, Perempuan Mpur: “Lahan Kami Dijadikan Proyek PSN, Tapi Kami Justru Dimelaratkan oleh Negara”
Proyek Strategis Nasional (PSN) merupakan program berskala besar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai prioritas demi tiga tujuan utama: pertumbuhan ekonomi nasional, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan daya saing bangsa. Aturan pelaksanaan PSN diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) yang diperbarui secara berkala dan dikoordinasikan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).
Proyek-proyek ini mencakup berbagai sektor seperti energi, transportasi, pangan, teknologi, dan kawasan industri.
Sejak dicanangkan pada 2016, lebih dari 200 proyek PSN telah ditetapkan. Beberapa daerah utama pelaksanaan proyek ini antara lain Papua, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Utara. Di Papua Barat Daya, sekitar 98.824,97 hektare lahan telah ditetapkan untuk masuk dalam program PSN.
Dengan dalih penguatan ketahanan pangan dan energi melalui industri biodiesel, Kabupaten Tambrauw menjadi salah satu lokasi yang dianggap strategis untuk pengembangan energi pangan terpadu, terutama melalui penanaman kelapa sawit. Padahal, di atas lahan-lahan tersebut selama ini warga menanam jagung, padi, dan berbagai tanaman pangan lainnya.
Maria Kebar, perempuan dari suku Mpur, menyoroti hal ini. Ia mengatakan bahwa masyarakat lokal dirugikan oleh proyek-proyek yang justru mengabaikan keberlanjutan lingkungan dan hak tanah adat.
“Simpelnya begini, mereka bilang ini proyek energi dan pangan. Tapi nyatanya lahan-lahan kecil milik masyarakat yang dulu ditanami jagung dan padi, sekarang dipaksa berubah menjadi kebun sawit. Ambil contoh nyata: perusahaan jagung di Lembah Kebar, yang sebenarnya adalah sawit, telah membawa dampak besar—dari sengketa tanah adat hingga kacau balau soal lapangan kerja,” tegas Maria.
Ia menambahkan bahwa masyarakat tidak menolak pembangunan, namun menolak pembangunan yang merusak hutan adat di Tambrauw.
“Lima suku besar di Tambrauw hari ini harus bersatu. Kita tidak boleh membiarkan kehancuran ini terjadi dan meninggalkan beban untuk anak cucu kita.”
[red/js]