Home / Berita

Kamis, 25 September 2025 - 16:02 WIT

Septer Alexander Sagisolo: Konflik Agraria Akibat Kebijakan Pro Modal Besar

Ketua Bidang Kajian Hukum dan HAM DPC GMNI Sukabumi Raya, Septer Alexander Sagisolo, saat menyampaikan pandangan terkait konflik agraria di Indonesia.

Ketua Bidang Kajian Hukum dan HAM DPC GMNI Sukabumi Raya, Septer Alexander Sagisolo, saat menyampaikan pandangan terkait konflik agraria di Indonesia.

Sukabumi | Mediaprorakyat.com – Rentetan konflik agraria yang terus terjadi di Indonesia dinilai sebagai keniscayaan dalam sistem demokrasi kapitalistik. Ketua Bidang Kajian Hukum dan HAM DPC GMNI Sukabumi Raya, Septer Alexander Sagisolo, menegaskan pemerintah belum menunjukkan perubahan signifikan dalam penyelesaian konflik agraria yang setiap tahun menelan banyak korban.

Pada Rabu (24/9/2025) di Sukabumi, GMNI Sukabumi Raya menyoroti meningkatnya kasus agraria yang melibatkan jutaan keluarga di seluruh Indonesia. Data Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat, sejak 2009 hingga 2022 terdapat 4.107 kasus konflik agraria yang berdampak pada 2,25 juta kepala keluarga.

Dalam keterangannya melalui pesan WhatsApp, Kamis (25/9/2025), Septer menyebutkan pemerintah pusat maupun daerah masih terkesan lemah dan lambat dalam mencegah konflik agar tidak meluas. Ironisnya, banyak konflik justru melibatkan perusahaan pelat merah atau BUMN.

Laporan KPA juga menunjukkan pada 2022 terjadi 212 konflik agraria, hanya selisih empat kasus dari tahun sebelumnya. Namun, luas wilayah terdampak melonjak dari 500.000 hektare pada 2021 menjadi 1,03 juta hektare pada 2022, dengan jumlah keluarga terdampak mencapai 346.000. Selain itu, KPA mencatat 497 kasus kriminalisasi terhadap pejuang agraria pada 2022, meningkat tajam dari 150 kasus pada 2021.

“Hal ini menunjukkan bahwa konflik agraria adalah konsekuensi dari sistem tata kelola agraria yang salah dan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada modal besar daripada masyarakat,” tegas Septer.

Ia menambahkan, praktik kriminalisasi terhadap warga pemilik sah tanah yang mempertahankan lahannya semakin sering terjadi, terutama di wilayah yang memiliki potensi tambang atau kekayaan alam untuk dieksploitasi.

Septer juga mengkritik pihak-pihak yang menyetujui masuknya Proyek Strategis Nasional (PSN) di Kota Sorong, Papua Barat Daya, tanpa argumentasi jelas terkait dampak sosial dan lingkungan.

Baca Juga  Polsek Babo Ajak Siswa SMP Negeri 1 Babo Jadi Pelopor Tertib dan Aman di Sekolah

“Pemerintah seharusnya berpihak pada rakyat, bukan tunduk pada kepentingan kapitalisme. Selama aturan kepemilikan tanah membebaskan penguasaan oleh pemodal besar, dan negara tidak hadir untuk melindungi warga, maka konflik agraria akan menjadi keniscayaan,” pungkasnya.

[red/mpr/hs]

Share :

Baca Juga

Wajah korban pembacokan oleh orang tak dikenal (OTK) di Teluk Bintuni ditutupi untuk menjaga privasi. Korban tampak sedang dimintai keterangan oleh pihak Polres Teluk Bintuni, Selasa (11/11/2025), di Puskesmas Bintuni. (Foto: Haiser Situmorang/MPR)

Berita

Tukang Ojek di Bintuni Jadi Korban Pembacokan, Polisi Buru Pelaku
Kepala Dinas Pendidikan Teluk Bintuni Tinjau Sekolah di Wilayah Moskona, Pastikan Fasilitas Pendidikan Berjalan Baik

Berita

Kepala Dinas Pendidikan Teluk Bintuni Tinjau Sekolah di Wilayah Moskona: Pastikan Fasilitas Pendidikan Berjalan Baik

Berita

Profiling ASN, Langkah Strategis Teluk Bintuni Wujudkan Birokrasi Berkelas dan Berintegritas
Foto : Kepala Kantor Perwakilan Manokwari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Sisar Matiti, Nejunith Syabes, S.H. (istimewa)

Berita

Nejunith Syabes Minta Pemprov Papua Barat Segera Bentuk Perda Bantuan Hukum Gratis

Berita

Ketua Bawaslu Teluk Bintuni: Jadilah Pahlawan bagi Diri, Keluarga, dan Demokrasi

Berita

Meski Diguyur Hujan, Upacara Hari Pahlawan di Teluk Bintuni Berlangsung Khidmat

Berita

Sinergi Polisi dan Warga, Akses Jalan di Bintuni Kembali Lancar Usai Diterjang Angin Kencang

Berita

Pekan Literasi Antar Sekolah di Weriagar Resmi Dibuka Kepala DIKBUDPORA Teluk Bintuni