Nusa Tenggara Timur | Mediaprorakyat.com – Tak ada doa yang lebih tulus di dunia ini selain doa seorang ibu. Sejak dalam kandungan, seorang ibu merawat dengan penuh kasih, menahan sakit saat melahirkan, membesarkan dengan air mata dan pengorbanan—semuanya demi harapan agar anaknya tumbuh menjadi pribadi yang membanggakan, sukses, dan bahagia.
Namun, takdir berkata lain. Duka mendalam menyelimuti keluarga Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit muda TNI AD yang meninggal dunia dalam tugas.
Sang ibu kini hanya bisa menangis di hadapan peti jenazah, merelakan kepergian anak tercinta yang begitu tiba-tiba dan tragis. Ia tak hanya kehilangan seorang anak, tetapi juga harapan dan masa depan yang dibayangkan dengan penuh cinta.
Hari ini, Sabtu (9/8/2025), kita tak hanya menyaksikan kepergian seorang prajurit. Kita juga menyaksikan hancurnya hati seorang ibu yang belum sanggup melepaskan putra kebanggaannya.
Prada Lucky adalah anak kedua dari empat bersaudara, buah hati pasangan Serma Christian Namo dan Sepriana Paulina Mirpey. Ayahnya merupakan anggota TNI aktif yang bertugas di Kodim 1627/Rote Ndao, NTT.
Sang ibunda sempat menghadiri momen membanggakan saat pelantikan militer Lucky di Rindam IX/Udayana, Singaraja, Bali, pada Juni 2025. Usai dilantik sebagai prajurit TNI AD, Lucky menggelar acara syukuran bersama keluarga dan teman-temannya di Kupang. Tak lama kemudian, ia berangkat menjalani penugasan pertamanya di Kabupaten Nagekeo, NTT, bergabung dengan satuannya di Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere.
Namun, belum genap beberapa bulan bertugas, kabar duka datang. Lucky menghembuskan napas terakhir di ICU RSUD Aeramo, Nagekeo, pada Rabu, 6 Agustus 2025. Dugaan awal menyebutkan ia menjadi korban penganiayaan oleh para senior di satuan.
Luapan emosi keluarga pun tak terbendung. Sang ayah, Serma Christian Namo, menyatakan kemarahan dan kekecewaannya secara terbuka. Video pernyataannya viral di media sosial.
Ia menuntut agar para pelaku dihukum seberat-beratnya, bahkan dijatuhi hukuman mati dan dipecat dari dinas militer.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menyatakan bahwa pihaknya memahami kesedihan dan kemarahan keluarga.
“Kami sangat memahami. Namanya orang tua, tentu tidak akan tinggal diam ketika anaknya meninggal dunia dalam kondisi seperti ini,” ujarnya saat diwawancarai, Sabtu (9/8).
Brigjen Wahyu menegaskan bahwa TNI AD sangat berduka atas peristiwa ini, dan telah memberikan penjelasan langsung kepada keluarga melalui jajaran Kodam IX/Udayana.
Ia menjamin bahwa kasus ini akan diusut secara menyeluruh dan pelaku akan dijatuhi hukuman sesuai hukum militer yang berlaku.
“Komitmen kami jelas: siapa yang berbuat, akan bertanggung jawab atas perbuatannya,” tegasnya.
TNI AD juga memastikan bahwa semua keluhan dan tuntutan dari pihak keluarga telah dicatat. Proses hukum akan terus berjalan untuk mengungkap peran masing-masing individu dalam tragedi ini.
Kematian Prada Lucky bukan hanya duka bagi keluarga, tapi juga pukulan bagi institusi militer yang seharusnya menjadi tempat aman dan pembinaan bagi prajurit muda. Kini, publik menanti keadilan dan kepastian hukum atas peristiwa ini, sembari mendoakan agar almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

“TNI main-main dengan nyawa. Anak saya sudah tidak ada. Nyawa harus dibayar dengan nyawa. Saya minta keadilan!”
(Foto: Istimewa)
Mediaprorakyat.com menghimpun informasi ini dari berbagai sumber. Semoga kasus ini dikawal dan diungkap dengan transparan dan seadil-adilnya.
[red/mpr/hs]