Bintuni | Mediaprorakyat.com – Menyambut tahun ajaran baru 2025/2026, SMAN 1 Teluk Bintuni menggelar kegiatan In House Training (IHT) yang diikuti oleh 61 guru dan tenaga kependidikan. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang guru sekolah pada Senin (21/07/2025).
Kepala SMAN 1 Teluk Bintuni, Alex Hendrik Hattu, menyampaikan bahwa IHT merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan sebelum proses belajar mengajar dimulai.
“IHT ini menjadi wadah untuk memaparkan dan menyusun program kerja sekolah selama satu tahun ke depan, agar sejalan dengan kalender pendidikan yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan,” ujar Alex.
Tahun ini, tema yang diusung adalah “Peningkatan Kompetensi Guru”. Dalam pelaksanaannya, sekolah mulai mengadaptasi Model Pembelajaran Mendalam (PM) dan Computational Intelligence (Codi) atau kecerdasan buatan (AI) dalam kegiatan belajar mengajar.
“Ini hal baru bagi kami. Oleh karena itu, kami akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh agar dapat diterapkan dengan baik, dan bisa dipahami oleh peserta didik maupun orang tua,” tambahnya.
IHT dijadwalkan berlangsung selama empat hari. Setelah itu, pihak sekolah akan mengadakan sosialisasi kepada orang tua siswa pada Sabtu mendatang. Sosialisasi ini bertujuan menyampaikan berbagai kebijakan baru, program pembelajaran, serta penegasan aturan sekolah.
Alex menekankan pentingnya peran orang tua dan lingkungan dalam mendukung program sekolah, terutama dalam membangun karakter siswa yang disiplin dan bertanggung jawab. Ia menyoroti masih banyaknya siswa yang datang terlambat ke sekolah akibat kurangnya kontrol orang tua terhadap pola tidur anak.
“Disiplin adalah kunci keberhasilan. Kami akan memperketat aturan keterlambatan, baik bagi guru maupun siswa, agar proses belajar berjalan maksimal tanpa kekosongan kelas,” tegasnya.
Dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini, pihak sekolah juga mengadakan tes awal untuk mengukur kemampuan calon siswa. Hasil tes menunjukkan bahwa masih banyak siswa dari jenjang SD dan SMP yang belum memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang memadai.
“Tulisan yang tidak rapi, ejaan yang salah, hingga pemahaman numerasi yang rendah masih kami temukan. Karena itu, kami berharap pendidikan dasar juga turut berbenah agar siswa lebih siap saat masuk ke jenjang SMA,” ungkapnya.
Alex juga menyoroti minimnya peminat jurusan IPA akibat ketakutan siswa terhadap mata pelajaran berhitung seperti Matematika dan Fisika, meskipun saat ini pembagian jurusan sudah mengikuti Kurikulum Merdeka yang berbasis pada mata pelajaran pilihan.
“Kami akan menyusun program khusus untuk meningkatkan literasi dan numerasi siswa, agar mereka lebih siap bersaing, baik untuk masuk perguruan tinggi maupun menghadapi dunia kerja,” tutupnya.
[red/mpr/tim]