Manokwari | Mediaprorakyat.com – Polemik Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMA di Manokwari masih terus berlanjut. Puluhan orang tua dan calon siswa mendatangi Dinas Pendidikan (Disdik) Manokwari pada Rabu (9/7) untuk mengadukan nasib anak mereka yang belum diterima di sekolah pilihan.
Menanggapi hal tersebut, Komisi IV DPRK Manokwari turun langsung ke lokasi dan berdialog dengan para orang tua. Anggota DPRK, Trisep Kambuaya, mengimbau agar para orang tua tidak memaksakan anak-anak mereka masuk ke sekolah-sekolah tertentu seperti SMAN 1 dan SMAN 2, karena masih banyak pilihan sekolah lain di Manokwari yang memiliki kualitas dan fasilitas yang setara.
“Kami ingin menegaskan bahwa di Manokwari tidak ada sekolah favorit. Semua sekolah adalah favorit. Perbedaan hanya terletak pada persepsi orang tua terhadap kelengkapan fasilitas,” ujar Trisep.
Ia menambahkan, SMAN 4 yang baru diresmikan hadir untuk menjawab kebutuhan penerimaan siswa baru, di samping sekolah lain seperti SMKN 1, SMKN 2, SMKN 3, serta sejumlah sekolah swasta yang juga memiliki fasilitas pendidikan yang memadai.
DPRK dan Disdik Manokwari sebelumnya telah melakukan sosialisasi mengenai kriteria penerimaan siswa berdasarkan zonasi domisili, prestasi, afirmasi, dan mutasi, sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) yang berlaku.
Terkait pengurangan jumlah rombongan belajar (rombel) di SMAN 1 dari 14 menjadi 13 kelas, Trisep menjelaskan bahwa sebelumnya sekolah menggunakan ruang laboratorium sebagai ruang kelas. Namun, tahun ini ruang tersebut tidak dapat digunakan karena keperluan akreditasi sekolah.
Ia juga menyinggung persoalan pembangunan ruang kelas. Tahun lalu, ruang perpustakaan sempat dirobohkan atas kesepakatan antara pihak sekolah dan orang tua untuk dijadikan ruang kelas tambahan. Namun, hingga kini tidak ada orang tua yang bertanggung jawab untuk membangunnya kembali.
“Hari ini saya sampaikan, mari kita jangan hanya menuntut. Kita juga harus mencari solusi terbaik. Dari DPRK, kami akan bangun satu ruangan baru yang akan diprioritaskan bagi siswa Orang Asli Papua (OAP) yang berdomisili di sekitar SMAN 1. Siswa lainnya akan disesuaikan setelah kuota tersebut terpenuhi,” tegas Trisep.
DPRK berharap ke depan para orang tua dapat lebih bijak dalam memilih sekolah dan menyadari bahwa masa depan anak tidak ditentukan oleh nama besar sekolah, melainkan oleh proses belajar yang dijalani dengan sungguh-sungguh di mana pun mereka berada.
[red/mpr/ms]