Bintuni, Mediaprorakyat.com – Pasar Sentral Bintuni, yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, telah menjadi pusat perbelanjaan utama bagi warga setempat.
Namun, penelusuran terbaru mengungkapkan bahwa sebagian besar kebutuhan pokok masyarakat di pasar ini didatangkan dari luar daerah, seperti Manado, Makassar, Manokwari, Nabire, bahkan Sorong. Sabtu (30/3/2024)
Salah satu komoditas yang dibutuhkan dengan tingkat ketergantungan tinggi adalah gula merah.
Berdasarkan keterangan beberapa pedagang, gula merah biasanya dipasok dari Manado dan Makassar dengan harga yang bervariasi.
Tidak hanya gula merah, tetapi sayuran juga mayoritas berasal dari luar Bintuni. Pedagang sayur seperti Bude Yami mengungkapkan bahwa sebagian besar sayurannya dipasok dari Manokwari, Nabire, dan Sorong. Situasi serupa terjadi pada pasokan cabe, yang kini lebih bergantung pada Manokwari daripada dipasok dari petani lokal.
Meskipun begitu, stok daging sapi di sekitar Bintuni umumnya mencukupi. Menurut Ibu Adira, seorang pedagang daging sapi di Pasar Sentral Bintuni, sapi biasanya dipotong di distrik Tuhiba, Steenkool, atau dari petani setempat. Dia menjelaskan bahwa harga daging sapi stabil di kisaran Rp. 130 ribu per kilogram.
Namun, Agus, seorang pedagang sembako, menyoroti kenaikan harga pada beberapa komoditas, seperti telur yang naik dari Rp. 75 ribu menjadi Rp. 80 ribu per kilogram. Meski demikian, harga beberapa komoditas lainnya seperti kacang tanah (Rp. 35 ribu per kilogram) dan ikan asin (Rp. 80 ribu per kilogram) masih stabil.
Agus berharap agar harga tetap stabil menjelang Idul Fitri atau Lebaran, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa kesulitan.
Situasi ini menunjukkan perlunya upaya untuk meningkatkan produksi lokal serta menjaga stabilitas harga dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Bintuni. [HS]