Keterangan Gambar : Fransisco Yassie Pemuda Asal Kabupaten Teluk Bintuni, saat ini sedang menjalani Studynya di STIH Painan, Kota Serang , Provinsi Banten. [ Dokumen Pribadi ]
BANTEN, mediaprorakyat.com – Mahasiswa (Pelajar) asal Kabupaten Teluk Bintuni yang sedang menjalani studynya di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Painan , Kota Serang, Provinsi Banten , Fransisco Yassie memberikan komentar tentang situasi Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.
Pemuda asli Tujuh Suku (Irarutu) yang mengambil jurusan Hukum itu berujar.
Ia menyampaikan, Indonesia tidak mungkin seperti Srilanka yang koleps karena ada Tiga Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua akan menyokong pertumbuhan ekonomi nasional dengan mengeruk tambang di sana.
Dikutip dari suara.com setelah serah terima dari Italia kepada Indonesia dilakukan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 atau G20 Leaders’ Summit di Roma, Italia pada tanggal 30-31 Oktober 2021. Selama masa presidensi, Indonesia akan berperan dalam menentukan agenda prioritas dan memimpin rangkaian pertemuan G20, termasuk KTT yang akan dilaksanakan pada November 2022 di Bali.
Untuk itu Fransisco melanjutkan komentarnya , belum lagi G-20 nanti jadi ajang promosi Papua, tidak hanya di sektor lingkungan tapi eksploitasi SDA ( Sumber Daya Alam ) fosil ke investor asing. Sambungnya, Bahlil (Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal) misalnya mengatakan “PAPUA ITU MASA DEPAN INDONESIA”. Apa maksudnya ini? Tanya Fransisco Yassie , sinis.
Menurutnya ,mereka ini kan pemain-pemain oligarki dalam kekuasaan. Yang barang tentu akan mengupayakan imperialisme terjadi disana.
” Kini Papua sangat muda di pecah belah, muda di hasut bahkan tidak punya Tokoh yang mati-matian meluruskan pikiran Jakarta yang bernafsu memekarkan Papua, ” kritik Fransisco Yassie sesuai dengan hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada publik melaui media massa ini.
Jakarta sudah punya Master Plan Papua ke depan, punya grand design besar ekplorasi SDA baku yang konsekuensinya adalah meloloskan pemekaran. Bung Karno saat itu, menawarkan Tambang ke Freeport, alasannya eneksasi.
Apa policy ( aturan ) yang ditawarkan Jakarta untuk Papua hari ini? Pemekaran tetap menjadi pintu masuk pengerukan SDA, tandasnya.
Pemekaran hanyalah alasan normatif saja. Toh, Rakyat asli Papua tetap masih miskin sekalipun ada afirmasi action, Otsus ( Otonomi Khusus) dan segala macam bentuk policy. Perlu kajian dan treatment (perlakuan) lain untuk mendudukkan pemekaran pada subtansi, esensinya sebagaimana semangat pemekaran. Tanya Fransisco.
Lewat tulisan ini Fransisco Yassie berharap mendapatkan penjelasan dari Pemerintah agar dapat dipahami olehnya , ” sebagai masyarakat awam. ” Sebutnya . Dan warga masyarakat yang mendiami dan pemilik Tanah Papua. (mpr-01)