Home / Berita

Jumat, 27 Mei 2022 - 17:55 WIT

Anak Cawat Menangis Hutan Leluhurnya Dirusak, Werbete : Dishut dan Perusahaan Harus Bertanggungjawab

Kabung Fefrase atau Telaga Awan (istimewa)

Anak Cawat Menangis Hutan Leluhurnya Dirusak. Situs Sejarah Orang Kuri Hancur, Masyarat Adat Werbete Tuntut Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat dan PT Wijaya Sentosa Bertanggung Jawab.

Lokasi Tempat Perusahaan Penebangan Kayu PT Wijaya Sentosa beroperasi. (istimewa)

BINTUNI, mediaprorakyat.com – Tokoh Pemuda Tujuh Suku (Wamesa) berdarah Suku Kuri , Roy Masyewi. Lahir dari rahim seorang Ibu bermarga Trorba (salah satu marga dari Suku Kuri) sangat bersedih dengan peristiwa yang terjadi, dimana hutan dan situs Sejarah dari Suku Kuri telah di rusak oleh perusahaan yang bergerak di bidang penebangan kayu yaitu PT Wijaya Sentosa yang beroperasi di Kampung Obo , Teluk Bintuni.

Roy Masyewi terkenal dengan sebutan Anak Cawat ini mengungkapkan kesedihannya, tempat yang ada di daerah Kuri itu bukan baru, tapi tempat itu merupakan tempat Sakral oleh Leluhur kita.

” Menurut kepercayaan orang tua dari Suku Kuri tempat itu adalah tempat Sentral di Tanah Papua dan terkenal. Di  bilang Gunung Nabi ada disekitar tempat itu ( Kuri dan Irarutu) jadi dia berada di Kaimana, Teluk Wondama sama Fakfak itu dia berada di pertengahan.

Areal perusahaan itu sudah mendekati kesana, ini tahapan yang mau masuk ke daerah Sakral itu awalnya dari pinggiran kali Telaga Awan, jadi sebagai anak asli di situ bukan masalah kerusakan hutan saja tapi tempat itu Sakral dan itu jati diri kami, untuk itu saya sangat merasa sedih atas perbuatan mereka , ” jelas Roy Masyewi, kepada MPR di Salah satu Rumah Makan di wilayah Pasar Sentral Bintuni, Jumat (27/5/2022) malam.

Kemudian berdasarkan Siaran Pers yang dirilis pada tanggal 16 Mei 2022 , disebutkan Situs Sejarah Orang Kuri Hancur, Masyarakat Adat Werbete Tuntut Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat dan PT Wijaya Sentosa Bertanggung Jawab.

Baca Juga  Tagih Janji Gubernur Saat Kampanye Pilgub, Ini Tuntutan Simson Orocomna

Salah satu situs sejarah orang Kuri yang dinamakan Kabung Fefrase atau Telaga Awan telah hancur akibat adanya aktifitas penebangan kayu oleh perusahaan PT Wijaya Sentosa.

Disebutkan Kayu bulat dengan ukuran bervariasi telah ditebang dari tempat keramat ini sejak Tanggal 14 Mei 2022.

Kabung Fefrase merupakan telaga yang diyakini oleh orang Kuri (Suku Kuri) adalah tempat bersejarah dimana terdapat satu rumpun sagu ditengah telaga. Sagu itu tidak tinggi, tidak besar, hanya begitu saja, hanya satu pohon itu saja ujar Yordan Werfete selaku tokoh marga werfete yang hadir membantu keluarga masyarakat adat Marga Werbete di Bintuni.

Sander Werbete selaku pemuda adat kuri sekaligus anak sulung dari Bapak Yakob Werbete (petuanan marga Werbete) menyampaikan bahwa kabung Fefrase sejak dulu diyakini moyang kami sebagai telaga yang berpindah pindah, sehingga susah mencari telaga tersebut, oleh karena itu kami meyakini bahwa tempat tersebut merupakan tempat sakral bagi masyarakat.

Pada 16 Mei 2022, komunitas masyarakat adat dari Marga Werbete beserta perwakilan keluarga dari marga lain yang berada di wilayah adat kuri melakukan pemalangan di wilayah tempat sejarah Kabung Fefrase tersebut.

Beberapa saat sebelum pemalangan terjadi, masyarakat adat menemukan karyawan PT Wijaya Sentosa sedang melakukan aktifitas penebangan pada wilayah yang dianggap sakral itu.

Pada saat pemalangan berlangsung, Sander Werfete menyampaikan alasan pemalangan adalah komitmen PT Wijaya Sentosa yang mereka tulis (komitmen perlindungan kawasan Nilai Konservati Tinggi atau NKT) ternyata tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan makanya kami sebagai petuanan bertindak sesuai aturan adat yang berlaku.

Semua imbas ini tetap akan kena kepada Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat dan perusahaan karena kami duga bahwa kontrak kerja antara kehutanan dan perusahaan itu menipu kami masyarakat, maka itu kami memalang untuk menuntut hak kami  yang perusahaan dan Dinas Kehutanan gelapkan,  secara aturan maka perusahaan dengan Dinas Kehutanan harus diselesaikan.

Baca Juga  Dirut Rakyat Merdeka "Mantan Ketua PWI Pusat" Tutup Usia

Niklas Werfete selaku pemuda adat Kuri memberikan keterangan bahwa awal Tahun 2022, saya ikut bersama perusahaan untuk melakukan pengecetan wilayah sakral (tata batas) di kabung fefrase dan kami sudah menandai batas tersebut, tapi saat ini perusahaan PT Wijaya Sentosa telah melanggar batas tersebut dengan menebang dan membuat jalan logging di dalam wilayah yang kami anggap keramat.

Perempuan adat Kuri, Magdalena Riensawa dan Ana Riensawa yang tinggal di Kampung Wagen (wilayah penebangan PT Wijaya Sentosa) turut merasakan dampak akibat hadirnya aktifitas perusahaan PT Wijaya Sentosa.

” Dulu kali itu air jernih, sekarang ini perusahaan sudah bongkar jadi kalau hujan sedikit itu air kabur, kalau mancing susah juga, jarang dapat. Sebelum perusahan masuk itu kalau kitong balobe itu pasti dapat, sekarang ini hujan sedikit kabur tra bisa dapat karena banyak jalan doser. Tra bisa pake air kali juga untuk masak hanya pake air hujan saja karena air kabur. Macam di kali kasar itu hujan sedikit, air kali macam warna tanah begitu jadi tra bisa pake untuk masak.” Kata Magdalena dengan menggunakan logat Papuanya menjelaskan.

Perwakilan masyarakat adat dari Marga Werbete dan keluarga meminta untuk Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat dan PT Wijaya Sentosa menginisiasi segera dilakukan pertemuan yang mengundang perwakilan masyarakat adat marga Werbete, pintanya.

Roy Masyewi selaku pemuda adat berdarah Kuri menyampaikan bahwa saya meneruskan aspirasi dari keluarga masyarakat adat marga Werbete, mereka meminta tempat pertemuan tidak dilakukan di lokasi perusahaan PT Wijaya Sentosa, kami minta tempat yang netral seperti di Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat di Manokwari agar proses pertemuan dapat berjalan dengan baik.

Baca Juga  Kantor SAR Manokwari Gelar Apel Pembukaan Siaga SAR Lebaran 2023

Selain itu terkait waktu pertemuan masyarakat mengusulkan untuk dapat dilakukan pertemuan pada pekan ini karena masyarakat menyampaikan bahwa palang tidak bisa dibuka jika tidak ada pertemuan. Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat dan PT WS diharapkan mengeluarkan undangan resmi dan tertulis kepada masyarakat di kampung.

Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat dan PT WS juga diharapkan dapat mendukung biaya kepada masyarat untuk sampai di manokwari dalam rangka pertemuan namun biaya tersebut harus diberikan kepada masyarakat dan biarkan masyarakat yang membayarkan sendiri kebutuhannya seperti pembayaran transportasi dan penginapan di Manokwari, ini bertujuan untuk menjaga netralitas karena kerap terjadi ketika pertemuan, masyarakat selalu kalah karena perusahaan yang memfasilitasi secara langsung kebutuhan masyarakat bukan masyarakat yang dipercayakan. Jelas Roy Masyewi.

Dalam siaran pers tersebut dicantumkan juga nama lengkap dan nomor kontak dari Narahubung yaitu Sander Werbete dengan nomor kontaknya 085240302230 , dan Roy Masyewi nomor dengan kontaknya 08219859698 . (mpr-01)

Share :

Baca Juga

Berita

Fasilitator dari Berbagai Provinsi Dukung Program GASING di Teluk Bintuni
Keterangan gambar: Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Teluk Bintuni, Dr. Henry D. Kapuangan, berjabat tangan dengan peserta usai menyematkan tanda peserta pada kegiatan Program Cakap Membaca dan Berhitung (GASING) Fase II di SMP Negeri 2 Bintuni, Senin (3/11/2025).

Berita

Teluk Bintuni Lanjutkan Program GASING untuk Tingkatkan Kompetensi Guru
Keterangan Gambar: Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan (tengah), berpose bersama jajaran pengurus Lembaga Masyarakat Adat (LMA) dan Forum Komunikasi Hak-hak Masyarakat Adat Suku Besar Sebyar usai pertemuan di Masinam Beach, Manokwari, Minggu (2/11/2025). Pertemuan tersebut membahas aspirasi masyarakat adat terkait pemerataan Dana Bagi Hasil (DBH) serta pengelolaan sumber daya migas di wilayah adat Sebyar. (Sumber foto: Narasumber)

Berita

Gubernur Dominggus Mandacan Turun Tangan! Aspirasi Masyarakat Adat Sebyar Siap Ditindaklanjuti
Pembinaan Asrama Mahasiswa Sorong Selatan di Manokwari Bentuk Karakter dan Disiplin Generasi Penerus 📸 Sesi foto bersama pembina, senior, dan mahasiswa baru Asrama Mahasiswa Sorong Selatan di Manokwari. (Foto: JS/MPR)

Berita

Asrama Sorong Selatan Gelar Pembinaan: Bekal Disiplin dan Tanggung Jawab bagi Generasi Muda
Pusat Penelitian Bahasa dan Budaya UNIPA Gelar Pelatihan Merajut Noken Papua: Lestarikan Warisan Budaya di Kalangan Mahasiswa Keterangan foto: Suasana kegiatan pelatihan merajut noken di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Papua (UNIPA), Manokwari.

Berita

Pusat Penelitian Bahasa dan Budaya UNIPA Lestarikan Kearifan Lokal Lewat Pelatihan Noken
📸 Sesi foto bersama pembina, Dewan Penasehat Organisasi (DPO), serta puluhan mahasiswa Yalimo usai kegiatan pembekalan di Aula Asrama Yalimo, Manokwari.

Berita

IMPT Korwil Yalimo Gelar Pembekalan Kehidupan Asrama, Sembilan Mahasiswa Baru Resmi Disahkan
Keterangan Gambar: Tampak Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Dikbudpora) Kabupaten Teluk Bintuni, Dr. Henry D. Kapuangan (tengah), bersama Kepala Sekolah SMP SATAP Moyeba, Supardi, S.Pd.Gr. (kedua dari kanan), saat menerima penghargaan sebagai Kepala Sekolah Terbaik GTK Dedikatif tingkat SMP Provinsi Papua Barat dalam ajang Malam Apresiasi GTK 2025 di Manokwari. (Foto : Istimewa). 

Berita

Teluk Bintuni Berjaya di Ajang GTK 2025, Empat Guru dan Kepala Sekolah Lolos ke Nasional
Keterangan Gambar: Terlihat Tim Macan Gunung Sat Reskrim Polres Teluk Bintuni bersama satu orang terduga pelaku pencurian layar monitor alat berat (ekskavator) yang berhasil diamankan tanpa perlawanan. Dalam foto, pelaku (wajah ditutup stiker) tampak berjongkok dengan tangan diborgol di depan barang bukti hasil penangkapan. Sumber foto: Humas Polres Teluk Bintuni.

Berita

Polres Teluk Bintuni Tangkap Spesialis Pencuri Monitor Alat Berat Bernilai Ratusan Juta Rupiah