“Solidaritas Buruh Menguat! SBSI 1992 Papua Barat Luncurkan Satgas PHK dan Perluas Jangkauan hingga Pelosok. “
Manokwari, Mediaprorakyat.com —
Menjelang peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) pada 1 Mei, Ketua DPD Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992 Provinsi Papua Barat, Rommeyr Arwam, menegaskan kembali pentingnya solidaritas dan kekompakan antar seluruh pengurus DPC yang telah terbentuk di wilayah Papua Barat. Ia menyerukan agar seluruh elemen buruh bersatu dalam menyukseskan Aksi Akbar yang digagas DPD SBSI 1992 Papua Barat.
Dalam momentum ini, DPD SBSI 1992 secara resmi menyerahkan Surat Keputusan (SK) kepada empat Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dari empat kabupaten. Penyerahan ini menjadi tonggak awal penguatan struktur organisasi di tingkat daerah:
- Ketua DPC Kabupaten Manokwari: Michael Mansoben
- Ketua DPC Kabupaten Pegunungan Arfak: April Indou
- Ketua DPC Kabupaten Manokwari Selatan: Wahyudi (SK diterima oleh perwakilan, Lisiat Rejauw)
- Ketua DPC Kabupaten Teluk Bintuni: Umar Kinder (SK diterima oleh perwakilan, Anton Worabai)
“Penyerahan SK ini bukan hanya seremonial. Ini adalah awal dari gerakan yang lebih besar, yaitu memperluas jangkauan pelayanan dan advokasi buruh hingga ke pelosok daerah. Kami instruksikan setiap DPC untuk segera membuka Posko Pengaduan Buruh agar menjadi wadah bagi suara-suara pekerja yang selama ini belum terdengar,” tegas Rommeyr dalam sambutannya.
Sebagai bentuk keseriusan dalam membela hak-hak pekerja, Rommeyr juga mengumumkan pembentukan Satuan Tugas (Satgas) PHK, yang akan berperan penting dalam mendampingi pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Satgas ini akan memberikan perlindungan hukum dan advokasi yang dibutuhkan oleh para buruh terdampak.
Rommeyr juga menegaskan bahwa meski SBSI 1992 berbeda secara organisasi dengan GBSI, keduanya memiliki tujuan yang sama: memperjuangkan hak-hak buruh dan meningkatkan kesejahteraan mereka di tengah dinamika ketenagakerjaan nasional.
Dalam semangat May Day, ia mengimbau kepada seluruh ketua DPC untuk tetap melaksanakan aksi di daerah masing-masing dengan cara yang elegan, damai, dan beretika—tanpa mengesampingkan semangat perjuangan. Ia menekankan bahwa aksi bukan hanya soal turun ke jalan, tapi juga merupakan bentuk refleksi dan penyampaian pesan moral tentang pentingnya keadilan sosial serta perlindungan terhadap kaum pekerja.
“Buruh adalah tulang punggung pembangunan. Mari kita rayakan Hari Buruh bukan dengan kegaduhan, tetapi dengan kekuatan pesan dan ketegasan sikap, demi masa depan pekerja Indonesia yang lebih baik,” pungkas Rommeyr. [MS]