“Perjuangan Ibu Heni untuk Menggapai Pendidikan Layak di Dusun Udagaga, Teluk Bintuni, Pernah Dibantu Donatur dari Makassar sebesar 30 Juta.”
Bintuni, Mediaprorakyat.com – Dusun Udagaga di Kampung Sebyar Rejosari, Distrik Tomu, menghadapi tantangan besar dalam bidang pendidikan. Ibu Heni Marisa, Kepala Sekolah TK Negeri Nagiti, telah mendedikasikan dirinya untuk mendidik anak-anak di daerah tersebut sejak tahun 2007.

Dalam wawancara melalui aplikasi whatsapp, Ibu Heni mengungkapkan bahwa ia harus menggunakan media sosial untuk mendapatkan perhatian. “Saya terpaksa memposting aktivitas belajar mengajar di Facebook agar kami mendapatkan perhatian dari pemerintah,” ujarnya kepada media ini, Selasa (25/6/2024).
Ia mengakui, Bantuan dari dinas pendidikan ada, namun tidak mencukupi. “Sekolah ini dulunya bernama TK YPK. Pada tahun 2021, sekolah ini ditarik kembali dari saya oleh Bapak Pendeta dan masyarakat karena ada bantuan dari dinas. Namun, donasi dari tanah pribadi saya tidak bisa diambil,” jelasnya.
Ia menyampaikan, Sejak tahun 2022, Ibu Heni tetap mengajar tanpa gaji dan tanpa dana operasional. Ia mengandalkan gaji dari pemerintah sebagai guru kontrak dan membayar beberapa guru dengan uang pribadinya. “Saya membayar guru-guru dengan uang saya sendiri, satu bulan Rp 300.000 dari total Rp 2.400.000 yang saya dapatkan setiap bulan dari dinas,” tambahnya.
Sambungnya, Kami juga mendapatkan honor dari Kampung Sebyar melalui Bapak Kampung. Honor tersebut sebesar tujuh ratus ribu rupiah per bulan untuk tiga guru, yang dibayarkan setiap enam bulan sekali.
” Kami juga mendapatkan honor dari kampung Sebyar dari bapa kampung , Tujuh ratus satu bulan tiga guru yg dapat setiap enam bulan sekali, ” terangnya, dalam pesan whatsapp.
Ibu Heni juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kurangnya perhatian pada pembangunan gedung sekolah di Udagaga.
“Tempat belajar yang kami gunakan saat ini dibangun dengan dana Rp 30.000.000 dari donatur di Makassar. Tempat ini sangat sederhana dan belum ada perhatian dari pemerintah untuk perbaikan,” katanya.
Ia menjelaskan, di Dusun Udagaga, TK dan PAUD digabung karena keterbatasan fasilitas. Meski demikian, anak-anak yang lulus dari sini hanya mendapatkan surat kelulusan tanpa ijazah.
Hal ini menambah kesulitan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SD karena tidak adanya akta kelahiran dan kartu keluarga yang lengkap.
“Masyarakat di sini kebanyakan tidak memiliki pekerjaan tetap dan hidup dari hasil sagu. Mereka juga tidak memiliki rumah yang layak dan banyak yang tidak memiliki KTP atau kartu keluarga,” ungkap Ibu Heni.
Selain masalah infrastruktur dan administrasi, akses jalan yang rusak juga menjadi penghalang utama bagi guru-guru dan siswa.
“Jalan menuju sekolah sangat buruk, dan ini menghambat kami untuk tiba dengan baik. Kami sangat berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk memperbaiki jalan ini,” tambahnya.
Jumlah siswa saat ini adalah 30 anak di TK dan 18 anak di PAUD, yang semuanya berasal dari keluarga sederhana dengan kondisi ekonomi yang sulit.
“Walaupun kampung ini kecil, jumlah anak-anak yang bersekolah cukup banyak,” kata Ibu Heni.
Dengan semangat yang luar biasa, Ibu Heni tetap berjuang untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak di Dusun Udagaga.
Harapannya, pemerintah dapat memberikan perhatian lebih untuk perbaikan fasilitas dan kelengkapan administrasi yang dibutuhkan agar anak-anak di dusun ini bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Memperhatikan perekonomian mereka, agar mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan juga bisa menyekolahkan anak-anak mereka. Memang di sini pemerintah distrik sudah memperhatikan. Ada orang yang dapat bantuan, seperti BLT dan bantuan uang pos sebesar Rp 200 ribu setiap bulan, tapi tidak semua mendapatkannya. BLT juga tidak semua bisa mendapatkan karena tidak memiliki kartu keluarga,” kata Ibu Heni.
“Saya berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih kepada kondisi sekolah dan kelengkapan administrasi anak-anak, agar mereka dapat melanjutkan pendidikan dengan baik.”
“Anak-anak TK Negeri Nagiti tetap semangat untuk belajar walaupun kurang adanya perhatian, tapi mereka tetap semangat,” ungkapnya.
“Dengan laporan ini, semoga kondisi pendidikan di Dusun Udagaga mendapatkan perhatian yang layak dari pihak yang berwenang,” harapnya. [HS]