Bintuni | Mediaprorakyat.com — Pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) untuk siswa kelas V di SD Inpres HTI 1 Aranday (Tomu), Distrik Tomu, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, tetap dilaksanakan meski menghadapi keterbatasan fasilitas.
Sekolah terpaksa membagi 27 siswa menjadi dua sesi karena keterbatasan jumlah laptop.
Kepala Sekolah Elisabeth Rieuwpassa menjelaskan kepada wartawan lewat telepon bahwa kendala utama adalah ketersediaan perangkat.
“Kendalanya di laptop. Jumlah siswa 27, jadi kami laksanakan dua sesi. Laptop kami pinjam-pinjam dulu, terbatas,” ujar Elisabeth, Senin (22/09/2025).
Dari jumlah tersebut hanya tersedia 11 unit laptop yang sebagian merupakan pinjaman dan sebagian milik guru. Untuk mendukung koneksi, sekolah menyewa layanan internet Starling dari pihak ketiga.
“Untuk koneksi internet, sekolah menyewa layanan Starling dari pihak ketiga,” ungkap Elisabeth.
Biaya sewa internet yang dibayarkan sekolah adalah Rp100.000 per sesi, sehingga untuk dua sesi menjadi Rp200.000. Sekolah juga memanfaatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk menutup kebutuhan tersebut agar pelaksanaan ANBK dapat berjalan.
Penyelenggaraan ANBK di SD Inpres HTI 1 Aranday ditangani khusus oleh lima tenaga pendidik, sementara guru lainnya tetap mengajar di kelas masing-masing. Kepala sekolah menyampaikan bahwa sesi pertama telah selesai dilaksanakan dan sesi utama dijadwalkan berlangsung selama dua hari, hari ini dan besok.
Meski fasilitas terbatas, Elisabeth menegaskan komitmen sekolah agar proses asesmen tetap terlaksana.
“Dengan keterbatasan fasilitas, tetap sekolah di sini jalan,” kata dia.
Ia juga menyampaikan harapan kepada pemerintah dan instansi terkait agar perhatian lebih ditujukan pada pendidikan dasar di kampung-kampung pesisir seperti Tomu.
“Saya berharap untuk tingkat pendidikan primer, perhatikan kami yang ada di kampung-kampung, supaya ke depannya kita bisa melaksanakan dengan lebih baik,” ujarnya.
Kepala sekolah menambahkan harapan bagi para peserta ANBK agar makin terbiasa mengoperasikan perangkat komputer.
“Harapan saya supaya mereka lebih baik lagi untuk bisa mengenal laptop itu, mengoperasikan karena bagaimanapun mereka harus disuntun untuk lebih bisa,” tutup Elisabeth.
Pelaksanaan ANBK di SD Inpres HTI 1 Aranday menjadi contoh upaya komunitas sekolah di daerah terpencil untuk memastikan siswa tetap mengikuti program penilaian nasional meski menghadapi keterbatasan sarana.
[red/mpr/hs]