Bintuni | Mediaprorakyat.com – Aktivitas keseharian para pencari nafkah di Terminal Pasar Sentral Bintuni terus berlangsung, meskipun di tengah ketidakpastian ekonomi dan kondisi lapangan yang menantang. Rabu (6/8/2025), para pedagang dan sopir angkutan tetap setia menanti rezeki dengan semangat serta kesabaran yang luar biasa.
Salah satu pedagang kopi yang setiap hari membuka lapaknya sejak pagi hingga sore mengaku tetap bersyukur, meski keuntungan yang diperoleh tidak besar.
“Harus bersabar, dapat untung sedikit disyukuri,” ujarnya sambil menyajikan kopi hangat kepada pelanggan. Wanita perantauan asal Sulawesi Selatan itu juga menjual berbagai minuman dingin lainnya.
Sementara itu, seorang sopir mobil Hilux yang melayani trayek ke wilayah Moskona mengungkapkan kondisi sepinya penumpang dalam beberapa waktu terakhir.
“Kita sabar menunggu rezeki. Kadang ada, kadang tidak. Tapi sekarang, kadang bisa sampai lima hari baru ada penumpang,” tuturnya.
Para sopir menyebutkan bahwa tarif perjalanan menuju berbagai daerah cukup bervariasi. Misalnya, ke Merdey dikenakan biaya Rp 2 juta, ke Masyeta sekitar Rp 2,5 juta, dan ke Moskona Timur bisa mencapai Rp 5 juta. Namun demikian, sebagian besar kampung telah memiliki kendaraan sendiri untuk keperluan proyek atau kegiatan lainnya.
“Soal ada atau tidaknya penumpang, itu tergantung rezeki masing-masing. Ada juga teman-teman yang punya langganan tetap,” ungkap seorang sopir. Namun tidak semua supir bernasib sama. “Beberapa teman tidak seberuntung yang lain,” tambahnya.
Selain tantangan ekonomi, kondisi jalan menuju daerah-daerah terpencil juga menjadi kendala. Sejumlah ruas jalan dan jembatan menuju Moskona dilaporkan rusak. Meski begitu, para sopir tetap menjalani rute tersebut demi mencari nafkah.
“Meski jalannya rusak, kita tetap lewati. Semua kita lakukan demi keluarga dan penghidupan,” ucap seorang sopir lainnya.
Potret perjuangan mereka mencerminkan kegigihan dan ketangguhan warga Bintuni yang tak pernah lelah berusaha, meski dalam keterbatasan. Terminal kecil ini menjadi saksi bisu dari harapan yang terus menyala.
[red/mpr/hs]