Babo | Mediaprorakyat.com – Masyarakat Distrik Babo, Kabupaten Teluk Bintuni, kembali menyuarakan desakan keras agar pemerintah segera merealisasikan pembangunan Jembatan Babo. Tuntutan ini mencuat setelah terjadi tiga insiden perahu terbalik saat kapal penumpang berlabuh di Pelabuhan Babo, yang dinilai membahayakan keselamatan warga.
Rauf Manuama, tokoh pemuda Distrik Babo, menyampaikan keluhan tersebut kepada Mediaprorakyat.com pada Minggu (3/8/2025) melalui pesan WhatsApp. Ia menegaskan bahwa masyarakat sudah terlalu lama menunggu kejelasan terkait pembangunan jembatan yang sangat vital bagi aktivitas ekonomi di kawasan tersebut.
“Kami, masyarakat Distrik Babo Kabupaten Teluk Bintuni, bersama para tokoh pemuda lainnya, menyuarakan aspirasi pembangunan Jembatan Babo. Jembatan ini sangat bermanfaat bagi kegiatan ekonomi daerah, terutama untuk mendukung operasional perusahaan-perusahaan di wilayah ini,” ujar Rauf.
Ia juga menegaskan bahwa apabila pemerintah terus mengabaikan aspirasi tersebut, warga siap menggelar aksi demonstrasi.
“Kami tidak ingin dianggap sebagai anak tiri. Distrik Babo adalah bagian dari wilayah penghasil yang turut berkontribusi bagi negara, provinsi Papua Barat, dan Kabupaten Teluk Bintuni. Jika tidak segera direalisasikan, kami siap turun ke jalan,” tegasnya.
Menurut Rauf, permintaan pembangunan jembatan ini sudah disuarakan sejak era Bupati Petrus Kasiuw dan terus dilanjutkan hingga kepemimpinan Bupati Yohanes Manibuy saat ini. Namun, hingga kini belum ada realisasi nyata.
“Kami meminta Bupati dan Wakil Bupati untuk segera mengambil langkah konkret. Jembatan ini sangat dibutuhkan, terutama bagi warga yang bekerja sebagai buruh bagasi di pelabuhan,” tambahnya.
Salah satu warga yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa insiden perahu terbalik kembali terjadi hari ini saat KM Fajar Mulya berlabuh di perairan Babo. Karena tidak adanya dermaga yang memadai, penumpang dan barang harus diangkut menggunakan perahu kecil yang rentan terguling akibat arus laut dan muatan berlebih.
“Untung tidak ada korban. Jarak kapal ke darat itu puluhan meter, jadi sangat rawan. Kami berharap ada perhatian dari pemerintah,” pintanya melalui pesan WhatsApp kepada wartawan.
Sebagai catatan, jembatan Pelabuhan Babo telah ambruk sejak 25 Januari 2024 dan hingga kini belum diperbaiki, yang makin memperburuk akses logistik dan transportasi masyarakat.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Teluk Bintuni, Vikcor E. Ririhena, menyatakan kesiapannya untuk memberikan penjelasan terkait perkembangan proyek pembangunan jembatan tersebut.
“Silakan besok teman-teman wartawan datang ke kantor. Kami akan menjelaskan bagaimana proses yang sedang dijalankan untuk pembangunan jembatan Pelabuhan Babo, karena memang ada banyak hal yang perlu dijelaskan,” ujarnya.
[red/mpr/hs]