Manokwari, Mediaprorakyat.com – Ikatan Mahasiswa Asal Pegunungan Arfak (IMAPA) Kota Studi Manokwari meminta klarifikasi dari Bupati Pegunungan Arfak (Pegaf) , Dominggus Saiba, S.Pd.K., M.Si atas pernyataannya yang dinilai merendahkan martabat mahasiswa.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers yang digelar oleh IMAPA Pegaf pada Minggu, 18 Mei 2025, di sekretariat mahasiswa Pegaf, Jalan Wosi Transito, Manokwari. Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah mahasiswa asal Pegaf.
Ketua IMAPA, Anan A. Ahoren, menegaskan bahwa pihaknya meminta klarifikasi resmi dari Bupati Dominggus Saiba terkait ucapannya pada Rabu, 14 Mei 2025 di ruang kerjanya. Menurut Anan, Bupati menginstruksikan agar salah satu grup WhatsApp “Peduli Pegaf” dibubarkan, dengan alasan grup tersebut berpotensi menimbulkan konflik antara masyarakat dan pejabat daerah.
Anan mengutip pernyataan Bupati yang dianggap merendahkan mahasiswa:
“Saya minta dengan hormat, kalau bisa tutup Grup Peduli Arfak. Ko buka itu grup untuk apa? Grup seperti itu cuma memancing masalah. Itu isinya orang-orang yang otaknya tidak beres. Ade-ade yang masih kuliah merasa lebih hebat dari kami yang sudah di bawah. Baru kencing belum lurus, sudah merasa paling hebat. Anak-anak Arfak sekarang ini, baru kuliah saja, jentelmannya sudah di atas kami.”
Menanggapi hal itu, Anan menyampaikan keberatan keras mewakili mahasiswa:
“Kami adalah mahasiswa, kami adalah intelektual. Pernyataan itu sangat merendahkan martabat kami, dan tidak layak keluar dari seorang pejabat publik. Pernyataan tersebut tidak mencerminkan etika, kehormatan, dan integritas seorang pemimpin.”
IMAPA Pegaf juga menolak pembubaran grup WhatsApp “Peduli Pegaf”. Menurut mereka, grup tersebut berperan penting sebagai ruang komunikasi dan berbagi informasi antara masyarakat, terutama terkait perkembangan pembangunan di Kabupaten Pegunungan Arfak.
Anan juga mengimbau agar para ajudan, sekretaris pribadi, dan protokoler lebih selektif dalam mendokumentasikan dan membagikan pernyataan Bupati.
“Kami ingin menjaga wibawa pemimpin kita, maka segala informasi resmi sebaiknya ditelaah sebelum dipublikasikan,” ujarnya.
Di akhir pernyataannya, Anan menyampaikan ultimatum:
“Kami berharap Bapak Bupati segera memberikan klarifikasi. Jika tidak, kami akan menyampaikan aspirasi kami langsung ke Kantor Bupati Pegunungan Arfak dalam bentuk aksi massa.”
[JS]