Wamena, Mediaprorakyat.com – Sekolah Alam Opalima hadir sebagai inisiatif pendidikan alternatif di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan.
Dengan pendekatan berbasis alam, sekolah ini bertujuan mengembangkan kreativitas dan karakter petani muda melalui pembelajaran langsung di lingkungan sekitar, khususnya di bidang pertanian, peternakan, dan pelestarian lingkungan.
Dikelilingi oleh kebun buah, sayur, bunga, serta area peternakan dan perikanan, Sekolah Alam Opalima menawarkan pengalaman belajar yang unik dan nyata. Anak-anak diperkenalkan pada konsep hidup sehat dan bertanggung jawab terhadap alam sejak usia dini.
Kepada wartawan Mediaprorakyat. com Koordinator Umum Sekolah Alam Opalima, Frengky Alua, S.Kom, menjelaskan bahwa cikal bakal sekolah ini bermula pada tahun 2021 ketika ia mengorganisir tiga desa Abusa, Hopama, dan Utkolo di Distrik Kurulu untuk membentuk kelompok tani lokal.
Sambung Frengky, selama satu tahun, ia menyaksikan banyak anak muda yang putus sekolah dan terjerumus dalam pergaulan bebas, termasuk konsumsi alkohol, kehamilan di luar nikah, dan keterlibatan dalam kelompok negatif.
Menanggapi kondisi tersebut, Frengky mendirikan Kelompok Tani Opalima Mandiri yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Alam Opalima.
“Melalui kelompok ini, kami fokus pada anak-anak muda dengan membentuk kelompok tani milenial yang melibatkan pelajar dari SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa. Mereka bekerja sejak pukul enam pagi hingga sore, dengan jeda siang untuk berdiskusi tentang pentingnya menjadi petani muda dan hidup sehat,” ujar Frengky saat dihubungi via WhatsApp, Minggu (20/4/2025).
Ia menerangkan bahwa Sekolah Alam Opalima resmi mulai beroperasi pada tahun 2023. Dengan metode pembelajaran terbuka berbasis cerita (storytelling), mereka berkolaborasi dengan penyuluh dari Dinas Pertanian Kabupaten Jayawijaya untuk memberikan pelatihan teknis seperti pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Selain fokus pada pertanian, sekolah ini juga membina kreativitas anak, kesenian, kebersihan, dan gaya hidup sehat. Saat ini, mereka mengembangkan berbagai jenis tanaman seperti kacang kedelai, kopi, serta memelihara kelinci di atas lahan seluas 5–7 hektare di setiap desa.
Dukungan juga datang dari Yayasan Cakra Abhipraya Responsif yang berbasis di Jakarta. Melalui program Ekspedisi Kemanusiaan Papua Menanam, yayasan ini mengajarkan budidaya 22 jenis tanaman, peternakan kelinci, dan edukasi pola hidup sehat. Mereka juga memberikan bantuan berupa alat tulis, seragam, dan sepatu sekolah bagi siswa SD Inpres Abusa.
Namun, Sekolah Alam Opalima masih menghadapi berbagai tantangan. Beberapa di antaranya , Frengky menyebutkan, akses jalan yang rusak, terutama saat musim hujan dan banjir dari Kali Balim, keterbatasan fasilitas sekolah dan penerangan listrik, Sulitnya akses pemasaran hasil panen dan Kurangnya kesadaran masyarakat dan anak muda terhadap pentingnya menjaga lingkungan
Frengky berharap Sekolah Alam Opalima dapat terus berkembang menjadi pusat pembinaan generasi muda yang kreatif, beretika, dan terampil.
Ia juga mengajak berbagai pihak untuk memberikan dukungan dalam bentuk buku bacaan yang layak maupun bantuan lainnya, agar sekolah ini bisa berjalan secara berkelanjutan dan memberi dampak positif bagi masyarakat Jayawijaya. [JS]